Kamis, 25 Maret 2010

hikmah menyedihkan dan lucu

MENYEDIHKAN YANG LUCU

Mendekati tahun dua ribu semua pedagang kambing qurban yang saya tahu mendapatkan untung besar karena dagangannya habis laris, ditahun itu pula kejadian sedih yang lucu ini terjadi. Bukan bermaksud mengolok-olok tapi cerita ini bisa jadi ibroh pelajaran yang bermanfaat Insya Allah. Bagi yang terlibat dalam cerita ini semoga ini jadi pengalaman pahit yang tak diulangi lagi dan menjadi hikmah bagi kita semua, karena pertimbangan manfaat untuk yang lain cerita ini saya coba tuliskan, kemungkinan kesalahan tulis untuk beberapa hal semoga Allah mengampuni.

Sebutlah sebuah masjid Al Muhajirin di perumahan yang Indah yang jamaahnya sebagai penhuni perumahan tsb, jamaah yang asalnya dari berbagai pelosok negeri dengan semangat idealis ditunjuklah panitia Qurban yang diantaranya ada insinyur peternakan dan dokter hewan.
Seperti panitia tahun sebelumnya, datanglah panitia baru ini ke Fadloil untuk memesan kambing qurban dan dengan cepat pesanan disepakati : 45 ekor dengan ukuran 25-27 dan 28-30 Kg berat hidup dengan persyaratan kambing-kambing tersebut telah memenuhi persyaratan Qurban secara syar’I: cukup umur, sehat, tidak cacat dan dikirim sehari sebelum hari H.

Sepekan sebelum hari H rombongan panitia datang dengan dana dan keinginan ceking tentang keberadaan ternaknya. Ternak pesanan yang baru tesedia 30 ekor hanya lulus seleksi 8 ekor, hal ini karena diperiksa sangat teliti, satu per satu diperiksa :mata berair afkir, bulu botak sedikit afkir, ada gejala kudis atau bercak sisa kudis yang baru sembuh afkir, jalannya kurang lurus afkir, tanduk panjang sebelah afkir, tidak bertanduk afkir, telinga keriput sebelah afkir dan banyak lagi penyebab afkir, yang paling serius adalah gigi pupak sebagai dasar kambing umur setahun.

Ketetapan hati panitia tetap kukuh walaupun sudah dijelaskan persyaratan syar’I menurut beberapa buku termasuk fikih sunnah Said Sabiq yang membahas persaratan hewan qurban yang membolehkan kambing-domba benggala umur 6 bulan asal besarnya menyamai kambing-domba biasa umur setahun.

Ditahun itu fadloil memiliki kambing etawa hasil peranakan sendiri yang berumur 10 bulan dengan berat 55 Kg hidup dan kambing kacang yang sudah beranak 2 kali dengan berat 16 Kg hidup, keputusan panitia setelah salah menebak, kambing etawa tetap tidak sah untuk qurban walau beratnya melebuhi kambing biasa yang berumur lebih dari 2 tahun karena belum ganti gigi alias umurnya belum sampai setahun, sementara kambing kacang sangat sah karena sudah dua tahun umurnya.
Hamper-hampir kontrak dibatalkan, Kesimpulan akhir: panitia akan mencari sendiri kekurangannya ketempat lain, walaupun sudah diingatkan bahwa yang demikian akan sulit. Seleksi ternak dimasyarakat peternak melahirkan ternak dengan perbaikan genetic, sehingga kebanyakan kambing umur setahun beratnya diatas 30 Kg hidup.

Spesifikasi yang sulit, besar dan harga kambing yang sudah dipatok menjadi hambatan kelancaran kerja panitia qurban, dan akhirnya terjadilah sesuatu yang tragis.

H-3 beberapa panitia ideal datang setelah kelelahan dalam pencarian dan masih kekurangan 30 ekor lagi, dengan perasaan menyesal menanyakan kambing-kambing yang kemarin tidak lulus seleksi, karena dianggap tak masuk criteria maka kambing tersebut dipasarkan sehingga tinggal 5 ekor lagi dan stok lainnya tidak sesuai ukuran kebesaran atau kekecilan dan sebagian lainnya sakit dipisahkan dikandang afkir, maka 5 ekor bergabung dengan 8 ekor sebelumnya.

H-2 ba’da subuh: “kekurangan 20 ekor harus ditutup”, kata salah satu dari 2 orang panitia, “Rombongan kami sudah disebar kepinggiran kota dengan kelompok kecil untuk memenuhi kebutuhan tapi dapat kesulitan” kata yang lain menjelaskan kondisinya yang mulai kelelahan.
Disaat itu kambing tersisa di fadloil yang sehat ukurannya tidak sesuai dengan ukuran yang dicari, kekecilan atau kebesaran dan sekitar 30 ekor dengan berbagai ukuran dalam kondisi sakit ringan sampai berat. Setelah lama memilih akhirnya terpilihlah 10 ekor yang paling besar diantara yang kecil dan yang paling kecil diantara yang besar.

H-1 pagi-pagi sekali di fadloil tinggal kambing sakit yang tersisa, dari 470 ekor pasokan keselluruhan, sementara kedatangan panitia masih dengan kekurangan 7 ekor lagi, maka mulailah melirik kelompok kandang yang sakit dan terpilihlah 2 ekor dengan derita sakit paling ringan dan menolak ketika disarankan untuk memenuhi semua kebutuhan karena dimana-mana ternak habis dan harganya sangat tinggi sementara di fadloil harga brosur masih berlaku dan yang sakit dapat potongan harga, “masih ada waktu akan dikejar sampai bogor dan cikarang” kata salah satu panitia dengan sangat berharap.

H-1 siang kambing sakit difadloil tinggal 10 ekor, panitia yang mengambil 2 ekor diantara 30 pilihan datang lagi, setelah dipilah-pilah akhirnya 1 ekor dipilih dan berharp teman-teman panitia lainnya mendapatkan sebagai penutup kekurangan. “Panitia sudah banyak tombok, karena harga sudah sangat mahal”, kata panitia dengan saling pandang menahan rasa malu karena mengambil yang sakit.

H-1 sore, datang lagi dan menemukan kambing sakit difadloil tinggal 5 ekor, tapi kebimbangan mengurungkan niat membeli kambing sakit karena yang tersisa sakitnya sangat kentara. Kesulitan yang amat sangat mendorong panitia malam-malam datang lagi dan menyaksikan kambing sakit di fadloil tinggal 2 ekor yang lainnya sudah terjual, dengan berbagai penyesalan fadloil ditinggal begitu saja.

Dan sebelum subuh seorang panitia menelepon dan dengan nada putusasa memboking 1 ekor untuk dikirim pagi-pagi masih eruntung karena disaat itu di fadloil kambing sakit tinggal satu-satunya dan saya janjikan akan saya kirim jika masih bernyawa. Bulunya kusam karena kulitnya bergudik, botak sana-sini, bibirnya kena orf yang membuat bentuk rekahan kueh corobikan, buta, lumpuh, kurus kering, tidak mau makan, tidak mau minum dan hanya duduk sambil merebahkan kepalanya kebadan.

Hari H pagi-pagi semua pegawai Fadloil kelelahan sebagian bahkan tak bangun shalat subuh karena tak bergeming dengan guncangan dan percikan air, tak ada ojek yang mau mengantar karena kondisi kambing menghawatirkan, kalau-kalau dimarahi panitia karena kambingnya sampai alamat tanpa nyawa. Akhirnya tak ada pilihan lain, kecuali saya yang bisa berangkat, dengan mobil kijang kotak umur 18 tahun saya antar kambing terhormat satu-satunya kelokasi dan pas mobil yang ditunggu panitia dengan perasaan harap-harap cemas sampai kelokasi pemotongan, kadatangan kambing sangat tepat setelah pemotongan ternak yang terakhir baru saja dilaksanakan, maka dengan iringan tepuk tangan sangat meriah dari jamaah yang mengerumuni prosesi pemotongan beberapa panitia berlarian menghampiri mobil dan langsung menggotong beramai-ramai kambing tersebut, ucapan syukur, takbir dan tahmid mengiringi kepergian nyawa kambing yang sedah lama menahan derita.

Saya mendapatkan hikmah yang banyak dari tragedy ini, semoga pembaca menemukan hal yang sama.